Kalau orang sudah meresa bosan dengan
model yang satu maka ia akan mencar model yang lain. Kalau tidak kemungkinan
besar mereka dianggap jadul karena tidak mengukuti perkembangan model rambut.
Tapi, rambutku tidak. Meskipun tak ada perubahan sepanjang masa, ia akan tetap
di akui adanya, dan tidak akan dianggap jadul. Ia akan selalu eksis sepanjang
masa dengan eksistensi yang ia miliki. Seharusnya orang yang memiliki rambu
kayak rambutku ini mereka berbangga hati karena masanya lebih panjang dari masa
aktif kartu xl yang hanya sampai 2 minggu.
Saturday 14 December 2013
Rambut Sepanjang Masa
Ngomong soal rambut, mungkin
rambutku paling pantas untuk dijadikan obrolan. Itu karena rambutku beda sama
yang lain. Kalau sehabis mandi yang lain dengan repotnya menyisir untuk
dirapikan, rambutku tidak demikian. tanpa disisirpun pun rambutku sudah tampak
seperti adanya. kalau yang lain selalu repot mencari model sesuai dengan
perkembangan, tidak pula pada rambutku. Rambutku masih eksis seperti sedia
kala.
Hanya
ada dua model barangkali rambut seperti ini. Pertama model pendek dengan gaya
rapi. Kedua model krebo. Semuanya sama-sama oke. Rapi menunjukkan bahwa orang
rapi. Kalau krebo, menunjukkan bahwa orang itu gokil sekali. Salam Rambut Gokil
!
Mengabadikan Masa Silam yang Kelam untuk Masa Depan Yang Panjang
Google Photo |
Mengabadikan
masa silam yang kelam untuk masa depan yang panjang. Agar dibaca orang untuk
menjadi pegangan, bahwa ada kekuatan di balik keadaan yang akan mewujudkan
harapan.
Ini bagian dari kisah hidup yang sampai kapan pun
tidak akan pernah terlupakan.
Aku adalah salah seorang yang dinyatakan lulus tes
seleksi masuk perguruan tinggi dengan gratis di salah satu perguruan tinggi
negeri di Semarang. Aku senang mendengar kabar yang disampaikan salah seorang
ustad dari seberang sana. Saat itu aku berada di sebuah pesantren di Sumenep
setelah beberapa hari aku dibawa beliau dan didaftarkan untuk mengikuti tes itu.
Namun, dibalik itu, kabar gembira kelulusanku di Fakultas
Ushuluddin Program Khusus (FUPK) IAIN Walisongo Semarang itu tidak lantas
membuat aku gembira sepenuhnya. Ada beberapa hambatan yang harus aku lalui.
Masih ku ingat ketika itu. Tak ada cara lain, kecuali
aku harus rela berpanas-panasan, keliling kerumah-rumah di luar desa tempat aku
tinggal. Bahkan sampai keluar kecamatan. Dengan membawa satu bendel proposal
pribadi, aku mendatangi rumah-rumah untuk mencari rupiah. Sebab, menurut
informasi yang aku dengar, beasiswa akan cair setelah aku menjalani proses
perkuliahan. Sehingga untuk pembayaran awal aku harus memakai uang sendiri
terlebih dahulu.
Uang yang kubutuhkan saat itu “satu juta dua ratus
ribu rupiah”. Separuh untuk pembayaran SPP dan separuhnya lagi untuk
persyaratan lain-lain.
Bagi orang sekaliber aku, seorang siswa yang baru
dinyatakan lulus sekolah menengah atas, tentu mencari uang sebesar itu bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Hingga apapun harus kulakukan termasuk “mengemis”
kepada orang-orang. Cara tersebut adalah satu-satunya cara terakhir yang bisa
kulakukan saat itu setelah aku mencoba menghubungi teman-temanku untuk
dicarikan kerja dan hasilnya nihil.
Rumah demi rumah ku datangi satu persatu tanpa
mengenal lelah. Mulai dari desa tetangga hingga ke sebuah pulau di daerah
Sumenep. Tak sedikit orang yang menolak proposal pribadi yang ku ajukan. Entah karena
usahaku mereka anggap akal-akalan semata maupun karena orang yang aku datangi
memang tidak begitu suka memberi bantuan kepada orang lain, alias pelit.
Sebagian memberi dengan ala kadarnya dengan
menampakkan wajah yang kurang enak dipandang. Dan sebagian yang lain nampak iba
dan memberi dengan ala kadarnya pula. Sebagian lagi ada yang menyambut baik
dengan memberi bantuan yang lumayan besar, saat itu 50 ribu rupiah, nilai
paling tinggi yang aku dapatkan. Hingga aku berjanji pada diriku sendiri, kelak
ketika aku sudah suskes aku akan mengunjunginya kembali dan mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Betapa aku terharu, betapa mereka adalah keluarga
yang berbahagia dan dipenuhi oleh kebaikan-kebaikan. Salah seorang teman
mengatakan, setiap ada orang yang meminta bantuan ke keluarga itu pasti
disambut dengan tangan terbuka. Subhanallah.
Pernah pula aku disambut dengan ceramah yang sok
memberi solusi. Ia adalah petugas polsek di kecamatan Bluto. Aku lupa nama
beliau. Agak lama aku berbincang dengannya hingga akhirnya berujung pada sebuah
janji, ia akan memberiku bantuan. Namun setelah beberapa hari kemudian, setelah
ku datangi kembali ke tempat ia bekerja, janji yang ia sampaikan tempo hari
tidak ia tepati. Alasannya, ia tidak punya uang. Beliau hanya menitip doa
sebelum keberangkatanku.
Beberapa hari aku berjalan, menyusuri jalan terjal
demi keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah tinggi, akhirnya
terwujud. Entah berapa rupiah aku mendapat bantuan dari orang-orang yang sama
sekali tak ku kenal kecuali kebaikannya, aku sudah tidak mengingatnya. Yang
jelas semua kebutuhan saat itu sudah terpenuhi. Dan ketika aku tulis catatan
ini, aku sudah berada di semester 7 jurusan akidah dan Akhlak Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
Betapa tuhan tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap
usaha yang dilakukan oleh hambanya. Puji syukur kepada tuhan yang telah
memberiku kehidupan dengan warna-warninya. Puji syukur kepada dzat yang maha
kasih yang telah mengajariku hidup lebih dewasa.
Di kota semarang aku hidup. Di kota semarang aku
belajar tentang arti kehidupan. Satu hal yang masih aku imani dan terus
kupegangi, bahwa tuhan hadir dalam hidupku, membimbimbingku, dan ia tak akan
meninggalkanku sendirian.
Terkadang kita memang harus melakukan apapun untuk
mewujudkan apa yang kita inginkan. Mulai dari “menghinakan” diri sampai pada
“mengangkuhkan” diri dengan tindakan anarkis yang sejatinya merugikan orang
lain. Semua dilakukan bukan tanpa alasan. Ketika keinginan sudah membelenggu
diri, seseorang tidak akan sempat melihat kanan-kiri dan yang dibenaknya hanya
satu: “Apa yang ku inginkan harus terwujud!”
Semoga catatan kecil ini menjadi inspirasi bagi siapa
saja yang membaca. Cerita tetang perjalananku, bahwa keinginan yang kuat tidak
akan pernah sia-sia asal dibarengi dengan usaha keras untuk mewujudkannya.
Jangan berfikir tidak bisa untuk keluar dan mengatasi
masalah. Percayalah bahwa tuhan selalu bersamaku, bersamamu dan bersama kita
semua. Itulah imanku!
Semarang, 09 Desember 2013
Wednesday 11 December 2013
Catatan: Ini Ujian atau Apa?
Perjalanan amat panjang walau jarak tempuh hanya dalam
hitungan meter. Kontrakan-Polsek-Kampus-Polsek-Bank-Kontrakan-Bank-Foto
Copy-Kampus. Pagi hingga siang itu hanya dalam satu urusan: Beasiswa. Hasilnya
masih dalam ketidakjelasan. Bahkan, nampak pada kegagalan. Siapa yang harus
disalahkan? Aku, Tuhan atau Alam? Atau,
inikah yang disebut ujian
kehidupan?
Sunday 1 December 2013
Cintaku Padanya Melebihi Cintaku Pada Tuhan dan Muhammad
Google Photo |
Kalau judul di atas saya tulis empat tahun yang lalu,
ketika saya masih duduk di sekolah menengah atas dan ketika itu saya masih
tinggal di pesantren, mungkin saya telah dikecam banyak orang. Saya mungkin akan
dianggap murtad, syirik dan kafir. Bahkan, pak kyai mungkin tidak segan-akan
mengeluarkan saya dari pesantren.
Subscribe to:
Posts (Atom)